Senin, 13 September 2010

Pelecing Kangkung dari Lombok

Menu pelecing kangkung ini berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebenarnya ini bukan makanan khas Ramadan, melainkan menu sehari-hari orang Sasak di sana.
Seorang warga Kelurahan Pagutan di Mataram, Fairuzzabadi, mengungkapkan sajian ini merupakan pembuka selera makan dengan rasa pedas. "Ngempet elor lamun gitak pelecing," ujarnya, Selasa lalu. Artinya, sampai keluar air liur kalau melihat pelecing kangkung ini. Wah!
Bahan utama menu ini terdiri atas kangkung, busbusan (toge), dan jambah (kacang hijau yang direndam air dingin semalaman). Sebagai pelengkap, ditambahkan sambal nyiuh (kelapa yang dibakar terlebih dulu kemudian diparut atau dioseng supaya tahan beberapa jam). Sambal pelecing dibuat dari bahan terasi, lombok, tomat, dan garam.
Menu yang mirip pelecing kangkung adalah serebuk (urap). Bahannya kacang panjang, busbusan (toge), kendokak (kecipir), dan paku (pakis). Ada juga pelengkap sayur-sayuran lain, seperti kol (kubis) atau daun turi. Bumbunya sambal kelapa. Menu ini disajikan dengan taburan embe (bawang goreng) sebagai penambah rasa.
Untuk berbuka puasa, menu yang tidak dilupakan oleh warga Lombok adalah penget atau pulek, yang bisa disebut juga sebagai kolak karena ditambahi kuah. Dibuatnya dari ambon (ubi jalar) dan pisang plus kelapa yang diparut dan gula tapi tanpa kuah seperti kolak.
Fairuzzabadi menganggap penget sebagai makanan pilihan sebagaimana dianjurkan Nabi Muhammad SAW agar memakan yang serba manis sebagai sajian berbuka puasa. Penget atau pulek (juga kolak karena berkuah) banyak dijual dalam kantong plastik.
Salah seorang yang tak bisa meninggalkan penget adalah Atik alias Usin, seorang perempuan di Kampung Pelita, Kelurahan Dasan Agung. "Saya tidak bisa minum es, jadi tidak bisa tidak, harus ada penget," ujarnya ramah.
TEMPO Interaktif, Jakarta:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar