Minggu, 12 April 2009

EVENT DAN FESTIVAL DI LOMBOK

Perang Topat
Perang Topat adalah suatu upacara ritual yang merupakan pencerminan rasa Syukur kepada sang Pencipta yang telah memberikan anugrah kerukunan antar umat dan telah memberikan kemakmuran dalam bentuk kesuburan tanah, cucuran air hujan dan hasil pertanian yang melimpah. Perang Topat dilaksanakan di Taman Pura Lingsar oleh Umat Hindu bersama sama dengan masarakat suku Sasak.

Mulang Pekelem di Gunung Rinjani
Orang Bali yang secara historis telah lama menjadi bagian penduduk Lombok tetap mempertahankan nilai budayanya secara teguh. Berbagai upacara keagamaan adat istiadat dan tradisi seni budaya mereka tetap eksis. Salah satunya adalah upacara Pekelem di Danau Segara Anak Rinjani. Pekelem artinya membenamkan persembahan tanda kesukuran kepada Sang Maha pemberi. Inti benda korban yang dipersembahkan berupa Emas Kencana yang dibentuk dalam personifikasi kehidupan. Upacara Pekelem yang dilaksanakan di Danau Segara Anak diikuti oleh ribuan masyarakat Hindu di Lombok. Bahkan ada pula kerabat keluarga yang datang dari Pualu Bali meskipun harus bersusah payah mendaki Gunung Rinjani tetapi karena keyakinan dan dambaan akan karunia Sang Pencipta mengatasi segalanya. Pesona Rinjani yang hayati itu memberi kesepadanan atas jerih payah para peziarah.


Lebaran Topat
Lebaran Topat sebagai sesuatu tradisi berlebaran dan berekreasi dengan membawa makanan Ketupat dan lauk pauknya merupaka peristiwa budaya yang bernuansa islam dan diselenggarakan pada hari ke tujuh terhitung sesudah hari Raya Idul Fitri, untuk memeriahkan acara ini dibeberapa objek wisata diselenggarakan berbagai atraksi seni budaya yang bernuansa islamdan hiburan.


Festival Peresean
Kejantanan dan Heroisme merupakan syarat ideal lelaki Sasak. Sikap ini antara lain diasah dalam salah satu permainan yang disebut Peresean. Sang Petarung atau Pepadu menggunakan tongkat rotan sebagai alat pukul. Sebagai pelindung digunakan perisai yang terbuat dari kulit sapi ukuran sehasta berbentuk segi empat. Sportifitas menjadi syarat utama permainan ini. Seorang wasit yang bergelar Pekembar menjadi penengah. Iringan musik sederhana meyertai permainan ini sebagai penambah semangat, dahulu permainan ini dikaitkan dengan upacara mohon hujan. Pantaslah kalau penyelenggaraannya biasanya pada musim kemarau.


Festival Senggigi
Festival Senggigi adalah salah satu bentuk kegiatan dalam usaha untuk memajukan pariwisata di Kabupaten Lombok Barat yang dilaksanakan atas perpaduan antara pemerintah dengan pihak perhotelan, para seniman dan budayawan serta pihak pihak terkait lainnya guna memperomosikan pariwisata daerah. Pameran dan pagelaran seni budaya daerah modern maupun yang hampir punah serta beberapa prosesi atraksi seni budaya tradisional Lombok (Sasak) kepada para Wisatawan mancanegara maupun Nusantara yang dilaksanakan selama sepekan.


Festival Gendang Beleq
Gendang Beleq adalah salah satu diantara beragamnya seni budaya tradisional Lombok dalam bentuk seni kreatif dengan musik dan tari tradisional yang menggunakan alat alat musik Petatonis tradisional Lombok yang berupa gendang Besar dan seperangkat alat musik pukul. Seni musik dan tari tradisional Gendang Beleq pada awalnya adalah merupakan jenis ritual yang digunakan untuk mengantar para prajurit yang akan pergi kemedan laga. Seiring denga bergulirnya waktu dan pergantian generasi maka fungsi tersebut bergerak dinamis. Sehingga saat ini tampilannya digunaka untuk penyambutan para tamu dan kelengkapan upacara / acara acara budaya adat sasak.

Pawai Ogoh-Ogoh
Dalam menyongsong Hari Raya Nyepi yang merupaka hari penyucian Bhuana Agung (Macrocosmos) dan Bhuana Alit (Microcosmos) dilaksanakan upacara Tawur Kesanga yang bertujuan untuk menetralisir kekuatan negatif dari Bhuta Kala. Upacara Tawur Kesanga dilaksanakan pada Tileming Sasih Kesanga sehari sebelum pelaksanaan Hari Raya Nyepi. Di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram Upacara Tawur Kesangan dirangkaikan dengan pawai Ogoh ogoh, Ogoh Ogoh merupaka kreatifitas Umat Hindu yang ada di Bali dan Lombok untuk memvisualisasikan Bhuta Kala, Personifikasi Bhuta Kala ini dimaksudkan guna memantapkan keyakinan serta meningkatkan konsentrasi dalam melaksanakan Upacara Tawur Kesanga yang merupakan salah satu bentuk Bhuta Yadnya. Pawai Ogoh ogoh menggambarkan datangnya berbagai Bhuta Kala dari segala penjuru arah mata angin ke tempat pelaksanaan Upacara Tawur Kesanga guna mendapatkan lelabahan / persembahan. Setelah para Bhuta Kala tersebut mendapatkan lelabahan / persembahan mereka dikembalikan ke posisinya masing masing untuk kemudian di pralina / lebur dengan menggunakan kekuatan Agni / Api. Dengan demikian diharapkan para Bhuta Kala tersebut tidak lagi mengganggu kehidupan manusia.

Bau Nyale
Setiap tanggal duapuluh bulan kesepuluh dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan purnama, menjelang fajar di pantai Seger Kabupaten Lombok Tengah selalu berlangsung acara menarik yang dikunjungi banyak orang termasuk wisatawan. Kali ini, acara tersebut selama tiga hari, 7-9 Maret 2007. Acara yang menarik itu bernama Bau Nyale. Bau dari bahasa Sasak artinya menangkap. Sedangkan Nyale, sejenis cacing laut yang hidup di lubang - lubang batu karang di bawah permukaan laut.

Penduduk setempat mempercayai Nyale memiliki tuah yang dapat mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan mudarat bagi orang yang meremehkannya.”Itulah yang berkembang selama ini,” ujar seorang warga Lombok Tengah Lalu Wirekarme.

4 komentar: