Jumat, 01 Mei 2009

Bisnis Waralaba Berjaya di Tengah Krisis Ekonomi

Surabaya (ANTARA) - Bisnis franchise (waralaba) berjaya di tengah krisis ekonomi global saat ini, karena gejolak di dunia perbankan dan pasar modal justru mendorong investor beralih ke bisnis riil, termasuk menjadi "franchisse" (pembeli bisnis franchise).Faktor lain yang ikut mendukung pertumbuhan bisnis ini adalah gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Bahkan, diprediski juga akan memicu munculnya "business oprotunity/BO" baru.

"Sekarang, daya beli pasar memang menurun, tetapi pengaruhnya kecil. Kami optimistis franchise tetap tumbuh, meskipun sedikit melambat dari segi omzet," kata Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Anang Sukandar, di Surabaya, Jumat.

Pria penuh semangat ini menerangkan, kini bisnis makanan tetap menjadi favorit, karena sektor ini merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Kelompok franchise makanan mendominasi hingga 50 persen. Untuk itu, dalam mempertahankan pembeli, franchise melakukan banyak program mulai dari diskon hingga "buy one get one free".

"Ada pula yang membuat paket hemat, paket ekonomis, dan banyak lagi yang penting bisa menarik konsumen," katanya.

Terkait dengan omzet, katanya, pada tahun 2007 bisnis franchise mencapai Rp81 triliun. Tahun 2008 naik sekitar 10-15 persen, dan tahun ini diharapkan bisa tumbuh minimal 5 persen.

"Meski target pertumbuhan tahun ini kecil, kami yakin dapat mencapainya," katanya.

Saat ini ada sekitar 100 franchise lokal dan 260 franchise asing. Namun, ada lebih dari 650 BO yang ada di Indonesia.

"Seharusnya, hal ini menjadi perhatian calon investor. Kalau Franchise, Franchisor (pemegang merek) bisa menjamin kesuksesan, tapi BO tidak," katanya.

Kini, katanya, pemerintah mulai mendorong agar BO tersebut bisa berubah menjadi franchise. Namun, banyaknya kendala dari persyaratan pemerintah membuat BO sulit berkembang menjadi franchise.

"Dari PP no 42/2007 yang diperkuat Permen no 31/2008, ada sekitar delapan persyaratan menjadi franchise. Adanya kewajiban HAKi, kesiapan neraca rugi-laba, serta keunikan adalah beberapa hal yang sulit dipenuhi," tuturnya.

Secara terpisah, Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perdagangan, Dede Hidayat, mengatakan, pemerintah akan terus memfasilitasi bisnis franchise agar bisa berkembang.

"Meski masih banyak yang menggeluti BO, kami mendorong agar bisa menjadi franchise semua," katanya.

Saat ini sendiri, pemerintah mendorong bisnis franchise dengan sosialisasi tentang kelayakan sebuah usaha bisa disebut waralaba. Selain itu pemerintah juga mengikutkan beberapa franchise untuk mengikuti pameran di luar negeri.

"Tanggal 8-10 Mei nanti tiga franchise makanan dan pendidikan akan dikirim ke Beijing untuk pameran. Bahkan, sebut dia, sudah ada satu franchise bengkel yaitu Auto Bridal yang masuk ke pasar Malaysia," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar